Shalat Dalam Al-quran
Berdasarkan hasil pencarian dari program Al-Qur'an, ternyata kata ash-shalah terdapat dalam 58 ayat yang tersebar di berbagai surah. sementara ayat yang membahas tentang sholat dengan berbagai bentuknya, ada sekitar 99 ayat. dalam berbagai ayat tersebut, dapat kita ketahui bahwa sholat memiliki kedudukan yang agung dalam agama islam. Di antara kedudukan tersebut adalah:
- Allah telah mewajibkan sholat kepada umat sebelum kita
Allah telah mewajibkan shalat kepada umat-umat sebelum kita. Istila yang digunakan pun sama, yakni shalat. Meskipun, tata caranya berbeda. Hal ini dapat kita baca dalam beberapa artian ayat seperti berikut
"Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku." (Ibrahim: 40)
Artian ayat diatas merupakan permohonan Nabi Ibrahim kepada Allah agar menjadikan anak keturunannya sebagai orang-orang yang tetap mendirikan shalat, shalat juga telah diperintahkan kepada Nabi Musa dan Isa sebagaimana Firman Allah yang artinya
"Dan Aku telah memilih kamu (Musa), maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu) . Sesungguhnya, Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku." (Thaha: 13-14)
"Dan Dia menjadikan aku (Isa) seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memperintahkan kepaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup." (Maryam: 31)
- Allah mewajibkan shalat kepada Nabi Muhammad dan umatnya
Allah juga mewajibkan shalat kepada Nabi Muhammad sebagaimana Dia telah mewajibkannya kepada nabi-nabi terdahulu. Hal ini ditegaskan Allah dalam Surah Al-Ankabut ayat 45 yang artinya
"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur'an) dan dirikanlah shalat"
Demikian pula, Allah menjelaskan bahwa shalat adalah kewajiban bagi orang-orang beriman sebagaimana dalam firman-Nya:
"Sesungguhnya, shalat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." (An-Nisa: 103)
- Kewajiban shalat tetap berlaku dalam segala keadaan
Kewajiban shalat tidak gugur karena bepergian atau pindah kesuatu tempat. Selama nyawa masih dikandung badan maka kewajiban shalat tidak akan lepas dari diri seorang Muslim. Tinggal ditempat yang gersang tiada air atau negara kafir, misalnya tidak bisa menjadi alasan bagi seseorang untuk meninggalkan shalat. sakit dan musibah apa pun tidak dapat mencabut kewajiban shalat dari seorang Muslim. Bahkan, dalam kondisi perang sekalipun, shalat tetap diwajibkan, Allah berfirman:
"Dan Apabila kamu bepergian dimuka bumi, maka tidaklah mengapa kamu menqasar shalat(mu), jika kamu takut diserang orang-oreang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu." (An-Nisa': 101)
- Shalat dapat mencegah maksiat
Allah berfirman:
"Sesungguhnya, shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar." (Al-Ankabut: 45)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa shalat yang dilakukan dengan sempurna dapat mencegah kita dari melakukan maksiat dan hal-hal yang diharamkan. Misalnya, shalat dengan menghadirkan kekhusyukan dan merenungi makna bacaan-bacaannya.
- Shalat bertujuan untuk mengingat Allah
Allah berfirman dalam surah Thaha ayat 14:
"Sesungguhnya, Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selai aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku."
Menurut Ibnu Katsir, makna "dirikanlah shalat untuk mengingatku" ialah shalatlah untuk mengingat-Ku. Atau, kita diperintahkan mendirikan shalat saat kita teringat. Misalnya, ketika ketiduran atau lupa.
- Menjaga shalat berakibat bahagia di dunia dan mati masuk surga
Sungguh beruntung orang beriman yang khusyuk dalam shalatnya. Inilah kabar gembira langsung dari Allah yang menjamin kebahagiaan di dunia bagi orang yang mendirikan shalat dengan khusyuk. Allah berfirman:
"Sesungguhnya, beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya." (Al-Mu'minun: 1-2)
- Shalat menjauhkan diri dari sifat tercela
Manusia memiliki dua potensi yang senantiasa melekat pada dirinya. Yakni potensi kebaikan dan keburukan. Bahkan, Allah telah memberitahukan bahwa manusia diciptakan dengan membawa sifat dasar keluh kesah lagi kikir. Jika ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah dan jika mendapat kebaikan ia amat kikir .
Meskipun mayoritas manusia menyandang sifat tercela tersebut, tetapi Allah mengecualikan orang-orang yang dilindungi dan diberi petunjuk oleh-Nya. Orang-orang tersebut adalah orang-orang yang mendirikan dan menjaga shalatnya. Allah berfirman:
"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat." (Al-Ma'arij: 19-22)
- Shalat dapat meringankan musibah
Terkadang kehidupan seorang hamba diliputi dengan kenikmatan yang berlimpah ruah sehingga hal itu menuntutnya untuk bersyukur. Terkadang pula, kehidupannya diselimuti berbagai musibah yang menuntutnya untuk tabah memikulnya. Dan, sebaik-baik cara agar sabar dan shalat. Allah berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah: 153)
- Shalat hanyalah untuk Allah
Dalam pandangan islam, shalat, ibadah, hidup, dan mati seseorang harus hanya dipersembahkan untuk Allah. Ia berbeda dengan paham nasionalis yang mempersembahkan jiwa raga seseorang untuk suatu negeri atau paham yang mengandung syirik lainnya. Seorang mukmin mendirikan shalat hanya untuk Allah, bukan untuk tujuan lain. Allah berfirman:
Katakanlah, "Sesungguhnya shalatku, Ibadahku, Hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam." (Al-An'am:162)
- Orang yang lalai dalam shalat akan disiksa
Orang yang lalai dari shalatnya diancam dengan siksaan yang menunggunya. Kata Ibnu Katsir, lalai yang dimaksud bisa mencakup tiga hal. pertama, senantiasa atau sering mengundur-ngundur waktu shalat. Kedua, lalai dari syarat dan rukun yang diperintahkan. Ketiga, tidak khusyuk dan tidak menghayati makna-makna yang terkandung di dalamnya. Hal ini sebagaimana ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya." (Al-Ma'un: 4-5)
- Orang yang menyia-nyiakan shalat akan rugi di akhirat
Orang yang menyia-nyiakan shalat, baik dengan meninggalkannya, meremehkannya, maupun mengundur-ngundur waktunya, maka ia akan rugi di akhirat. Allah berfirman:
"Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan." (Maryam: 59)
Orang yang menyia-nyiakan shalat dan menuruti hawa nafsunya tersebut, menurut syaikh As-Sa'di dalam tafsirnya, akan mendapatkan siksa yang kerasnya berlipat ganda. Atau., kata Syaikh Abu Al-Jazairi, orang tersebut akan dimasukkan ke sebuah sumur yang terdapat di neraka Jahannam. Na'udzubillahi min Dzalik.
- Shalat merupakan wasiat terpenting orang tua kepada anak-anaknya
Pada zaman akhir sperti ini, jarang sekali orang tua yang selalu mengingatkan anak-anaknya untuk mendirikan shalat. Aneh sekali, mayoritas orang tua memiliki 'toleransi' yang berlebihan dalam masalah ini. Bahkan, kadang-kadang ada orang tua yang tidak peduli apakan anaknya sudah shalat atau belum.
Padahal, shalat adalah tiang agama dan bukti ketaatan terbesar epada Allah. Jika seseorang telah merehkan shalat, maka ia pun akan lebih meremehkan urusan yang lain. Seharusnya kita meneladani Lukman yang berwasiat kepada anaknya seperti dalam firman Allah"
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya, yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)." (Lukman: 17)
Dalam ayat tersebut Lukman memberikan beberapa wasiat bermanfaat kepada anaknya. salah satu wasiat tersebut adalah shalat. Maka, seyogianya orang tua lebih memperhatikan keadaan agama anaknya. Karena, hal itu akan menyelamatkannya di dunia dan akhirat.
- Mendirikan shalat adalah ciri orang bertakwa
Di antara orang yang bertakwa ialah orang yang mendirikan shalat, Yakni, orang yang mendirikannya secara teratur, dengan melengkapi syarat-syarat, rukun-rukun, dan adab-adabnya, baik yang lahir maupun yang batin. Misalnya, Khusyuk, memperhatikan apa yang di baca, dan sebagainya.
Hal ini tergambar jelas dari firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 2-3:
"Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya;petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkankan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka."
- Malas mengerjakan shalat adalah ciri orang munafik
Ciri yang kasat mata dari seorang munafik ialah ia mendirikan shalat dengan bermalas-malasan. Hal itu karna tidak ada niat didalam hatinya untuk mendirikan shalat, tidak ada keyakinan terhadapnya, tidak khusyuk, dan tidak mengetahui maknanya, ia tidak mengharapkan pahala dari shalatnya dan tidak pula berkeyakinan bahwa meninggalkannya akan mendapatkan siksa. Ia hanya bermaksud riya di hadapan manusia. Allah berfirman:
"Sesungguhnya, orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali." (An-Nisa': 142)
- Orang yang meninggalkan shalat tempatnya di neraka
Di akhirat kelak, orang yang beriman yang tidak mengerjakan shalat akan masuk neraka. Ketika ditanya, "Dosa apa yang membuatmu masuk neraka?," mereka menjawab, "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat." Allah berfirman:
"Apakah yang memasukkan kamu kedalam saqar (neraka)?" Mereka menjawab, "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat." (Al-Mudatstsir: 42-43)
Pembahasan tentang shalat dalam Al-Qur'an cukup sampai disini. Masih banyak hal yang bisa kita gali dari ayat-ayat Al-Qur'an. Pada dasarnya shalat memiliki kedudukan yang agung dalam islam. Saking agungnya, kewajiban ini tidak pernah gugur dimana pun, kapan pun, dan dalam situasi bagaimanapun. semoga hal ini bisa menjadi pengingat bagi kita semua.